Co-Firing PLTU Ropa Flores dan PLTU Bolok Kupang Bukti Komitmmen PLN dalam Mendorong Penggunaan EBT
Bagi masyarakat umum pasti belum tahu apa itu co- firing?, Co-Firing merupakan salah satu metode alternatif dengan memanfaatkan bahan bakar dari biomasa dan sampah untuk menggantikan atau sebagai campuran bahan bakar pembangkit listrik.
Sebagai bukti komitmen PLN dalam mendorong penggunaan energi baru terbarukan, PLN menerapkan metode co-firing di PLTU Ropa Flores dan PLTU Bolok Kupang.
Dalam siaran press No. 254.PR/STH.00.01/V/2020, Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN, Agung Murdifi menjelaskan bahwa program Co-Firing merupakan bagian dari semangat pilar “green” dalam transformasi PLN. Co-Firing merupakan sebuah teknologi substitusi batubara dengan energi terbarukan pada rasio tertentu yang tetap memperhatikan kualitas bahan bakar sesuai spesifikasi teknis.
“Kami terus mendorong penggunaan EBT, demi menyediakan listrik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” tutur Agung.
Metode Co-Firing PLTU Ropa, 10 persen bahan bakar menggunakan biomass yang diperoleh dari TOSS (Tempat Olahan Sampah Setempat). Sementara untuk PLTU Bolok, menggunakan 5 persen biomass yang berasal dari Woodchips (cacahan kayu).
Bahan baku biomass ini dapat berasal dari olahan sampah, ranting pohon, daun, sekam padi, serbuk gergaji dan rumput yang diproses menggunakan metode (biodrying). Proses selanjutnya bahan baku diolah menjadi pelet seperti yang digunakan di PLTU Ropa atau menjadi Woodchips seperti yang digunakan di PLTU Bolok.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT, Agustinus Jatmiko menjelaskan bahwa tahapan uji coba co-firing untuk PLTU Ropa telah dilakukan pada 14 – 15 September 2020 dan PLTU Bolok pada 28-30 September 2020.
“Proses pembakaran Biomass ini berjalan sempurna dan karakteristiknya mirip dengan batu bara yang digunakan di PLTU tersebut. Pada saat kami melakukan mixing antara batu bara dengan Biomass tersebut, hanya dibutuhkan waktu 30 menit masa transisi hingga mencapai titik stabilisasi,” ucap Jatmiko.
Keberhasilan ujicoba Co Firing di PLTU Ropa, terlihat parameter menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan penggunaan 100 persen batu bara dengan pencampuran biomasa.
Selain meningkatkan bauran EBT, PLN juga berharap program ini dapat memberdayakan masyarakat, khususnya untuk memproduksi bahan bakar biomasa.
“Saya berharap agar Biomass ini dapat diproduksi di sekitar PLTU Ropa, menggunakan bahan baku dari TOSS yang potensinya sangat besar, serta dapat memberdayakan masyarakat,” tutup Jatmiko.
sumber: web.pln.co.id